• Bapa : Sing Ariman, Sing Taraqwa


    Di 100 hari kepergian bapak kami tercinta ini, saya tuliskan cerita singkat tentang bapak tercinta. Ini adalah salah satu bentuk ungkapan kerinduan saya kepada beliau, walaupun jasadnya telah tiada namun beliau tetap hidup dihati kami sekeluarga. 

    Bapa kami tersayang, bapa S. Solihin, lahir di Kec. Subang Kab. Kuningan pada hari Sabtu Kliwon, tanggal 15 April 1958 dan meninggal di Cirebon pada Sabtu Kliwon, tanggal 30 April 2016 di usianya yang ke-58 tahun. Anak ke-3 dari 4 bersaudara ini lahir dari pasangan Bapak Wikanta (Alm.) dan Ibu Sukmi.

    Memulai pendidikan dari SDN Kutawaringin Kab. Kuningan, kemudian dilanjutkan dengan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) 6 dan 4 tahun di Kuningan, dan terakhir mengikuti program penyetaraan S1 mendapat gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung lulus pada tahun 2005.

    Memulai hijrah dari Kuningan ke Cirebon pada tahun 1985 sekaligus mengawali karirnya sebagai pendidik di MI Ashofiyah Kota Cirebon yang kemudian di angkat menjadi Kepala MI Ashofiyah tahun 1995-2005, dan setelah itu  dipercaya kembali menjadi kepala MI Al Hidayah GUPPI Kota Cirebon tahun 2005-2016. 

    Beliau adalah sosok ayah yang sangat bijaksana, sederhana, perhatian, tabah, sabar, santun, rajin beribadah, pekerja keras, suka memberi nasehat pada anak-anaknya, dan tidak mau merepotkan orang lain, bahkan keluarganya. Sedikitpun kami tak menyangka jika kepergiannya akan secepat ini. Tepat 2 bulan beliau divonis kanker hati oleh dokter dan tepat 2 hari beliau mendapat perawatan insentif di Rumah Sakit Putera Bahagia Cirebon sebelum pada akhirnya beliau meninggalkan kami untuk selamanya. Dari awal Bapa sakit, kami yakin bisa sehat kembali seperti semula, bisa berkumpul bersenda gurau dengan keluarga, terutama dengan cucu pertamanya yang sangat beliau sayangi, dan juga berharap bisa beraktifitas lagi mengabdi sebagai pendidik untuk mencetak generasi masa depan yang berahlak mulia. 

    Kami Selalu berharap keajaiban itu ada (untuk kami), namun Allah berkehendak lain, karena mungkin itulah yang terbaik menurut Sang PenciptaNya, sehingga kami pun harus ikhlas melepaskan kepergian Bapa untuk kembali kepadaNya.

    Teringat semua kenangan bersama Bapa sejak kami kecil, merasakan masa-masa pahitnya kehidupan. Sekitar tahun 1986 sampai dengan tahun 1994-an Bapa tak pernah malu untuk bekerja sambilan. Pekerjaan utamanya memang seorang guru, tapi Sore hari Bapa kembali beraktifitas untuk bekerja sebagai kuli kayu dan pulang larut malam. Tak hanya itu, Bapa pun pernah berjualan keliling dengan mengayuh sepeda kesayangannya. Dulu waktu kami masih kecil, Bapa pernah bercerita jika Bapa pernah juga bekerja sebagai kuli bangunan di Jakarta. Semua yang Bapa lakukan itu demi keluarga tercinta untuk menggapai semua harapan dan cita-citanya.

    Senyum dan tawanya yang lepas, memancarkan ketulusan dalam menjalani hidup dan kemampuan untuk melihat sisi indah dari setiap apa yang terjadi dalam hidup ini. Orang tua yang sederhana itu adalah orang yang paling mempengaruhi pandangan hidup kami agar lebih memaknai hidup. Jika kita mempunyai impian, maka jangan pernah berputus asa dalam berusaha dan berdoa. 

    Empat hari sebelum wafat, beliau sempat berwasiat kepada kami “sing ariman, sing taraqwa”, yang berarti jadilah orang yang beriman dan bertaqwa. Kini, pria hebat yang selalu jadi panutan kami itu telah kembali kepada Sang Pemilik. Sosok yang tak pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Semoga kami bisa menjalani amanahnya, meneruskan semua harapan dan cita-cita beliau yang belum terwujud. 

    Bapa kami tetaplah manusia biasa yang tidak luput dari khilaf. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami atas nama keluarga, memohon maaf kepada semua yang pernah berinteraksi dengan Bapa, apabila ada kekhilafan yang pernah bapa lakukan selama hidupnya. Mohon dimaafkan Bapa kami dengan tulus, agar bapa dilapangkan jalannya menuju Sang Penciptanya, Allah SWT. 

    Hatur nuhun pisan... Bapa kami yang tersayang dan tercinta.... kami lepas kepergianmu dengan senyum .... semoga kepulanganmu karena kerinduan-Nya.

    Senyum dan tawamu akan selalu terbayang.... Hidup ini memang Indah, kalau mampu memaknainya, seperti yang telah engkau maknai.......

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar